Nama mahasiswa itu Linus Torvalds. Di akhir tahun 80-an ia kesengsem dengan buku prof Andrew S. Tanenbaum yang berjudul "Operating Systems: Design and Implementation" (Sistem Operasi: Desain dan Implementasi). Seperempat bagian akhir buku itu berisi kode sumber sebuah sistem operasi yang bernama Minix. Sistem operasi ini dimaksudkan sebagai bahan bantu belajar para mahasiswa; dan tak terpisahkan dari bab-bab yang dibahas dalam buku yang menarik ini.

Menjelang akhir masa kuliahnya, Torvalds tertantang untuk membuat skripsi yang berisi penciptaan sebuah sistem operasi baru, yang diilhami dari buku sang professor. Tentu tidak shahih, jika ia menjiplaknya habis-habisan dari buku sang profesor. Jadi ia tulis ulang sendiri kode sumbernya, dengan menggunakan bahasa C. Lagi pula Minix hanya bisa dijalankan di mesin 16-bit, sementara Torvalds ingin sistem operasi baru ini lebih portabel dan bisa jalan di mesin 32-bit yang ia miliki saat itu.

Di akhir Agustus 1991, jadilah kernel itu (kernel adalah bagian inti dari sistem operasi). Bangga dengan hasil kerjanya sendiri, pada tanggal 25 Agustus 1991, ia memposting pesan ke usenet pada newsgroup comp.os.minix, tempat ngobrol para programmer yang hobi ngoprek minix:

Judul: "Just for Fun"

Halo siapa saja disana yang menggunakan minix.

Saya sedang membuat sistem operasi bebas untuk PC AT 386/486 (hanya sebatas hobi, bukan sebuah sistem operasi yang besar dan profesional seperti GNU). Hal ini sudah digodok sejak bulan April dan akan segera selesai tak lama lagi. Saya ingin mendapatkan masukan dari mereka menyukai atau tidak menyukai Minix, karena sistem operasi saya agak mirip dengan Minix (antara lain adanya kesamaan letak fisik dari sistem file-nya (dikerenakan alasan praktis)).

Saya sudah melakukan porting bash (1.08) dan gcc (1.40) ke sistem operasi saya dan nampaknya berjalan dengan baik. Ini mengindikasikan saya akan mendapatkan sesuatu yang lebih praktis dalam beberapa bulan ini dan saya ingin mengetahui fitur apa saja yang diinginkan oleh banyak orang. Masukan apapun saya terima dengan senang hati, meskipun saya tidak bisa menjanjikan untuk bisa mengimplementasikannya. :)

Linus (torvalds@kruuna.helsinki.fi)

PS. Ya – sistem ini sepenuhnya bebas dari kode sumber Minix, dan memiliki sistem berkas multi thread. Ia TIDAK portabel (karena menggunakan fitur alih tugas dari 386 dsb), dan kemungkinan tidak akan pernah mendukung perangkat keras lain, karena yang saya miliki hanyalah harddisk AT.
—Linus Torvalds 

Saat itu, yang terpikir oleh Torvalds barangkali hanyalah bisa lulus kuliah dan bisa menyalurkan hobinya ngoprek program. Ia tak menyangka, postingannya yang hanya "just for fun" itu ternyata mendapat sambutan yang luar biasa. Tak terbayangkan olehnya, bahwa Linux dikemudian hari menjadi sistem operasi paling menjanjikan, yang bisa dibenamkan ke dalam server, komputer desktop, tablet PC, PDA, handphone, GPS, robot, mobil hingga pesawat ulang alik buatan NASA.

Sejarah nampaknya sedang berbaik hati pada sang mahasiswa ini. Saat itu, sistem operasi komputer yang mumpuni adalah Unix, tetapi harganya tak akan terbeli oleh kantong kebanyakan orang.

Sebenarnya, pada tahun 1983, bos GNU Richard Stallman telah memulai proyek pembuatan sistem operasi bernama GNU Hurd. Diharapkan sistem operasi ini bisa menjadi alternatif Unix di mesin desktop. Tetapi proyek ini gagal ditengah jalan. Hampir semua fitur telah disiapkan, tetapi bagian yang paling penting, yakni kernel, tak kunjung selesai.

Secara kebetulan ada kernel Linux di tahun 1991 itu, dan sang penciptanya juga merilis kodenya secara bebas, jadi mereka saling melengkapi satu sama lain. Wajar kiranya jika di kemudian hari, ketika Linux mulai terkenal, Richard Stallman mengklaim, sebaiknya namanya jangan hanya "Linux", tetapi "GNU Linux". Toh Torvalds pada dasarnya hanya menyumbang kernelnya saja, sementara sisanya adalah produk-produk GNU. Hanya karena alasan praktis dan lebih mudah pula diingat, banyak orang lebih suka menyebutnya "Linux" saja. Sebuah nama yang terdengar menarik dan catchy yang maknanya "Minixnya si Linus".

Kernel Linux versi 0.01 dirilis Linus Torvalds pada tahun 1991 dalam bentuk kode sumber. Untuk mempermudah penggunaan Linux, beberapa pihak turut andil mendistribusikan kernel ini bersama-sama dengan modul lain dan memberi nama baru sesuai selera mereka. Manchester Computing Centre misalnya, pada tahun 1992 mendistribusikan MCC Interim Linux, yang berisi kernel linux plus antar muka konsol. Kode sumbernya dapat diunduh dari situs mereka. Distro linux pertama yang menggunakan media CD adalah Yggdrasil Linux/GNU/X. Itupun antar-mukanya masih konsol.

Seiring berjalannya waktu, muncullah distro linux yang menggabungkan kernel linux dengan antar-muka grafik sebagaimana Windows. Sekalipun mode grafik ini sangat mempermudah pengguna awam, tetapi sampai hari ini, penggunaan Linux di lingkungan desktop masih kurang diminati dibandingkan dengan Windows. Linux lebih banyak digunakan sebagai server, sampai kemudian muncul Android yang menggabungkan kernel linux dengan antar muka grafik yang sangat mudah untuk digunakan di handphone.

Foto: Linus Torvalds bersanding dengan Richard M Stallman pada sebuah acara.

Catatan: Buku prof Andrew S. Tanenbaum yang berjudul "Operating Systems: Design and Implementation" (Sistem Operasi: Desain dan Implementasi) itu juga dipakai sebagai sumber dalam pengajaran mata kuliah Sistem Operasi di kampus-kampus kita. Jadi sebenarnya banyak pula saudara seperguruan Linus Torvalds di Indonesia. :)